Tentunya setiap negara memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda. Hal ini juga membuat pergaulan dan gaya berpacaran antara satu negara dan negara lain punn berbeda. Tentu saja, gaya kencan mereka berbeda, termasuk di Jepang. Selain itu, Jepang terkenal dengan budayanya yang unik dan menarik, hal ini dikarenakan orang Jepang lebih tertutup saat berkencan dibandingkan dengan orang Barat. Selain itu, cinta itu sakral dalam budaya Jepang. Hal ini membuat mereka sering membangun hubungan secara perlahan dan pasti.
Artikel Kukche Languages ini akan menjelaskan apa yang terjadi saat kamu berkencan dengan orang Jepang, yang tentunya sangat menarik.
Pacaran Saat Mapan
Jepang adalah negara yang mengedepankan karir dan pendidikan. Tidak heran jika akhirnya mereka memilih mengesampingkan urusan asmara. Pada umumnya, masyarakat Jepang baru mulai saling suka dan berpacaran saat mereka sudah lulus SMA dan masuk ke perguruan tinggi. Pasalnya, mereka nggak mau memikirkan pacaran sebelum berhasil masuk ke universitas favorit. Mereka akan fokus belajar dan baru memikirkan asmara saat kuliah. Tak hanya itu, banyak orang yang memilih melakukan romansa saat sudah bekerja karena biasanya mereka ingin hubungan yang lebih serius lagi dari sekedar pacaran.
Perlu Adanya "Pernyataan Perasaan"
Sebelum pasangan kekasih Jepang mulai berpacaran, hubungan itu diawali oleh "pernyataan perasaan" atau "kokuhaku" dalam bahasa Jepang. Ini adalah momen ketika salah satu pihak menyatakan perasaannya kepada seseorang dan memintanya untuk menjadi kekasih. Dari sinilah hubungan tersebut dimulai.
Di Jepang, orang sering keluar untuk makan siang atau minum teh bersama seperti teman. Inilah mengapa di Jepang, jika Anda tidak saling mengenali dan mengakui perasaan satu sama lain, Anda mungkin tidak akan pernah tahu kapan hubungan asmara di antara sepasang kekasih benar-benar dimulai.
Budaya Malu Walaupun Saat Berpacaran
Saat mereka mulai berkencan, ada rasa malu diantara mereka. Mereka baru mulai memahami cinta di usia yang cukup dewasa, maka tak heran jika pengalaman cinta semacam ini mereka buat jadi malu-malu saat berpacaran. Mereka tidak terbiasa bertingkah genit dengan lawan jenis karena mereka belum pernah terbiasa bersama lawan jenis selama ini. Bahkan, mereka selalu mengajak sahabatnya untuk menemani mereka agar tak terasa canggung saat bertemu orang ditaksirnya.
Tidak Ada Aturan Cowok Harus Bayar
Hal ini dapat bergantung antara generasi dan daerah, atau antara individu itu sendiri. Namun, ada tren di kalangan pasangan generasi muda untuk membagi tagihan (patungan) saat berkencan sebagai perkembangan hubungan mereka. Perlu diketahui, hal itu dilakukan bukan karena orang Jepang sangat memperhatikan pengeluaran uang mereka dan rasional.
Maksudnya, orang Jepang tumbuh dengan pola pikir bahwa membagi sesuatu secara adil membuat hal-hal menjadi seimbang dan meningkatkan hubungan pribadi. Ada perasaan bahwa pasangan harus berbagi hal yang sama satu sama lain. Akan tetapi, banyak pria yang memilih untuk membayar seluruh tagihan pada momen-momen spesial, seperti Natal, ulang tahun, atau anniversary.
Kencan di Akhir Pekan
Di negara barat, kencan terkesan sangat santai. Sepasang kekasih biasanya memilih berkumpul untuk makan siang, atau nongkrong selama beberapa jam sambil minum kopi, makan, atau jalan-jalan. Tentu saja orang Jepang melakukan hal yang sama saat berkencan, tapi biasanya mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan berjalan jalan bareng selama seharian.
Kencan Jepang biasanya lebih mengunjungi taman hiburan, berbelanja atau menonton film ataupun pertunjukan kembang api. Inilah mengapa orang Jepang berencana untuk berkencan di akhir pekan yang biasanya berlangsung setengah hari atau sehari. Di sisi lain, sebagian orang mungkin menganggap makan siang atau pertemuan di kafe sudah cukup monoton.
Lebih Suka Double dan Group Date
Orang Jepang biasanya akan canggung jika hanya berduaan saat bertemu gebetannya. Oleh karena itu, dibentuklah kencan berkelompok atau yang disebut dengan goukon. Jika pria dan wanita ini sedang melakukan pendekatan, mereka akan mengundang 3 hingga 4 teman untuk bertemu bersama.
Biasanya, mereka akan mengatur waktu untuk bertemu di suatu tempat agar bisa beramai ramai. Mereka biasanya saling tertarik di sini dan akhirnya bertukar nomor telepon atau alamat email. Hal ini dikarenakan Orang Jepang sangat berhati-hati jika bertemu orang yang masih baru.
Adanya Budaya Omiai
Salah satu budaya Jepang yang masih populer hingga saat ini adalah omiai, yakni ikutnya orangtua dalam proses mencari pasangan untuk anak-anaknya. Biasanya, para orangtua ini mencari calon menantunya ini tanpa pemberitahuan kepada anak mereka. Orangtua akan menunjuk pihak ketiga yang disebut nakoudo, di mana merekalah yang menjadi perantara dalam omiai ini.
Nakoudo sendiri telah memiliki banyak kandidat untuk dijodohkan, lengkap dengan riwayat hidup mereka, seperti usia, pekerjaan dan lain-lain. Jika kriteria calon tersebut diterima oleh pihak pria dan wanita, maka nakōdo akan mengatur pertemuan dan jika sama-sama klop, mereka pun akan melanjutkan ke jenjang pacaran atau bahkan pernikahan.
Tidak Akan Menghubungi Lagi Jika Tidak Tertarik
Di Jepang, jika mereka saling tertarik saat pertama kali berkencan, maka salah satu dari mereka akan menghubungi kembali pasangannya mengucapkan terima kasih karena telah menghadiri pesta yang menyenangkan, bahkan mengajaknya untuk hangout lagi. Namun, jika mereka tidak saling mengirim pesan seminggu setelah pertemuan, dapat diasumsikan bahwa mereka berdua tidak ingin melanjutkan hubungan lebih lama lagi.
Orang Jepang lebih suka menghilang tanpa mengucapkan sepatah kata pun daripada langsung mengatakan bahwa mereka tidak tertarik dengan calon pasangan ini. Karenanya, jangan heran jika pasangan yang sudah berpacaran bertahun-tahun putus dan langsung memutuskan komunikasi di antara mereka.
Tidak Pamer Kemesraan di Depan Umum
Masyarakat Jepang sama sekali nggak mau menunjukkan kemesraan mereka di depan umum. Bagi mereka, akan sangat memalukan jika harus ciuman, pelukan, atau kontak fisik lainnya di depan umum. Mereka akan menjaga keromantisannya berdua saja dengan pasangannya. Jadi jangan heran kalau ada pasangan yang sama sekali nggak terlihat seperti orang pacaran.
Sungkan Mengekspresikan Cinta dengan Kata-Kata
Orang Jepang memang pemalu dan tidak bisa langsung mengatakan "I love you" sebebas orang-orang di negara barat. Biasanya, orang mengerti satu sama lain bahwa pasangan mereka tahu bagaimana perasaan mereka, meskipun tidak mengungkapkannya dengan kata-kata.
Tentu saja, setiap orang berbeda, seringkali kita masih menjumpai pertengkaran yang timbul karena kurangnya ekspresi cinta dari pasangan. Namun, "memahami tanpa kata-kata" adalah bagian unik dari budaya orang Jepang.
Hari Valentine adalah Hari untuk Wanita
Di negara barat, Hari Valentine biasanya digunakan para pria untuk mengajak wanita berkencan. Di Jepang, Hari Valentine lebih dikenal sebagai hari dimana wanita untuk memberikan hadiah coklat kepada pria yang disukainya. Bahkan ini menjadi hari yang dinanti-nanti oleh para pria.
Satu bulan kemudian pada tanggal 14 Maret, Jepang memiliki tradisi budaya khusus yang disebut White Day, pada hari inilah pria dapat membalas dengan memberi hadiah kepada wanita yang memberinya coklat dengan memberikan barang berwarna putih untuk membalas sekaligus menjawab perasaan wanita saat Valentine.
Selain itu, wanita biasanya juga memberikan coklat kepada orang-orang yang dikagumi atau berjasa dalam hidupnya. Mereka juga sering memberikan tomo-choco ("coklat pertemanan") kepada teman-teman, atau menghadiahi giri-choco ("coklat kewajiban") kepada rekan kerja atau atasan mereka.
Memperkenalkan Orang Tua Pasangan Berarti Serius dengan Hubungan
Sumber gambar: indianexpress.com
Banyak orang di Jepang menjalin hubungan tanpa memberi tahu orang tua mereka. Ini tidak berarti bahwa orang Jepang tidak ingin memperkenalkan pasangannya kepada orang tuanya. Ini karena dalam budaya Jepang, memperkenalkan pasangan Anda kepada orang tua adalah pertanda bahwa Anda benar-benar menganggap serius hubungan dan biasanya mengarah pada pernikahan.
Tentu saja. Ini tidak berlaku untuk semua orang. Beberapa orang mungkin memiliki hubungan yang lebih dekat dengan orang tuanya dan oleh karena itu tidak akan ragu untuk memperkenalkan pasangannya secara terbuka. Dari sudut pandang seorang wanita, berbicara dengan ibunya adalah hal yang wajar.
留言